woman sitting with baby on her lap surrounded with purples flower woman sitting with baby on her lap surrounded with purples flower

Menjadi Ibu: Banyak Mimpi yang Akhirnya Dikubur?

Menjadi ibu adalah sebuah anugerah sekaligus tanggung jawab yang besar. Bagi banyak wanita, momen menjadi ibu adalah momen yang paling dinanti-nantikan dalam hidup.

Namun, di balik kebahagiaan dan cinta yang tak terhingga, tak jarang pula terselip perasaan kehilangan dan mimpi yang harus dikubur.

Peran seorang ibu begitu kompleks. Ibu adalah pengasuh, pendidik, pelindung, dan sumber cinta bagi anak-anaknya. Ibu juga dituntut untuk mampu mengurus rumah tangga, bekerja, dan tetap tampil prima dalam segala situasi.

Tak heran, banyak ibu yang merasa kewalahan dan frustrasi dalam menjalani peran ini.

Baca juga: Obat Diare Anak 1 Tahun: Pengalaman Pribadi

Menjadi Ibu: Terpaksa Mengubur Karir dan Ambisi

Salah satu mimpi yang paling sering dikubur oleh para ibu adalah mimpi tentang karir dan ambisi pribadi. Banyak wanita yang harus menunda atau bahkan meninggalkan karirnya demi fokus mengurus anak.

Hal ini tentu saja bisa menimbulkan perasaan sedih dan kecewa, terutama bagi wanita yang memiliki ambisi yang besar.

Mimpi lainnya yang juga sering dikubur adalah mimpi tentang waktu luang dan kebebasan pribadi. Menjadi ibu berarti harus siap sedia untuk anak-anak kapanpun dibutuhkan. Hal ini tentu saja membuat ibu kehilangan waktu luang dan kebebasan yang dimiliki sebelum menjadi ibu.

Tak hanya itu, menjadi ibu juga seringkali membuat wanita kehilangan jati diri. Kita begitu fokus pada anak-anak sehingga lupa untuk memperhatikan diri sendiri dan kebutuhan kita. Hal ini bisa berakibat pada depresi dan burnout.

Menjadi Ibu, Kehilangan Diri Sendiri

photo of woman reading book near body of water

Kehilangan mimpi dan ambisi pribadi, hilangnya waktu luang dan kebebasan pribadi, serta hilangnya fokus pada diri sendiri, semua ini dapat menyebabkan krisis jati diri pada seorang ibu. Kita merasa kehilangan identitas diri dan tidak lagi mengenal diri kita sendiri.

Krisis jati diri ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional seorang ibu.

Oleh karena itu, penting bagi para ibu untuk mencari cara untuk mengatasi krisis ini. Salah satu caranya adalah dengan mencari waktu untuk diri sendiri, melakukan hal-hal yang kita sukai, dan kembali terhubung dengan passion dan hobi kita.

Penting juga untuk mencari dukungan dari orang-orang di sekitar kita, terutama suami. Suami harus menjadi penyemangat pertama untuk kita yang tengah mengalami krisis jati diri semenjak jadi ibu.

Dukungan dari pasangan hidup tidak hanya memberikan rasa nyaman dan terjamin, tetapi juga memberikan kekuatan emosional yang sangat dibutuhkan dalam mengatasi tantangan tersebut.

Suami bisa menjadi sumber dorongan yang kuat, mengingatkan kita akan potensi dan kekuatan yang kita miliki, bahkan ketika kita merasa sedang kehilangan arah.

Dengan bersama-sama, pasangan dapat merancang strategi untuk membangkitkan kembali semangat dan menemukan keseimbangan yang diperlukan antara peran sebagai orang tua dan pemenuhan kebutuhan pribadi.

Baca juga: Pengalaman Anak GTM Parah: Aku Pakai Cara Ini

Menyulam Mimpi di Tengah Kesibukan Menjadi Ibu

Namun, menjadi ibu bukan berarti harus mengubur mimpi dalam-dalam. Mimpi, seperti halnya permadani, bisa tetap disulam pelan-pelan di sela-sela kesibukan.

Mungkin tak secepat dulu, namun jalinan benang mimpi itu bisa terus berlanjut, menjadi motif indah yang akan dibanggakan di masa depan.

Mungkin tak secepat dulu, namun jalinan benang mimpi itu bisa terus berlanjut, menjadi motif indah yang akan dibanggakan di masa depan.

Kita bisa memanfaatkan “jeda” yang ada. Saat anak tidur siang, 30 menit bisa digunakan untuk mengerjakan hal terkait mimpi, entah itu membaca buku yang berhubungan dengan mimpi tersebut, mengikuti kursus online, atau sekadar menuliskan rencana ke depan.

Mimpi besar mungkin terasa mustahil dikejar dalam kondisi saat ini. Namun, kita bisa memecahnya menjadi mimpi-mimpi kecil yang lebih mudah diraih. Misalnya, mimpi menjadi penulis bisa dimulai dengan menulis di blog selama 15 menit setiap hari.

Mungkin kita tidak bisa mengejar mimpi selama berjam-jam seperti dulu. Namun, tak mengapa. Fokuslah pada kualitas. 15 menit yang dijalani dengan sepenuh hati untuk mimpi, jauh lebih baik daripada berjam-jam yang terbagi perhatiannya.

Menyulam mimpi di tengah kesibukan menjadi ibu bukanlah hal yang mudah. Namun, percayalah, dengan perencanaan yang cermat, dukungan dari orang sekitar, dan semangat pantang menyerah,  benang-benang mimpi itu bisa terus dirajut menjadi sebuah permadani yang indah dan membanggakan. 

Selain itu, mengejar mimpi  juga bisa membuat ibu menjadi pribadi yang lebih bahagia, dan pada akhirnya kebahagiaan ibu akan terpancar pada anak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *