Traditional gender role dalam Cinderella story Traditional gender role dalam Cinderella story

Awal Kisah Cinta Cinderella dan Pangeran yang Sebenarnya

Kisah Cinta Cinderella
Shutterstock.com

Sekilas kisah cinta Cinderella dan pangeran versi Disney memang terlihat manis dan romantis. Cinta pada padangan pertama, pangeran tampan, dan kehidupan yang berubah 180 derajat. Siapa sih yang tidak ingin menjadi Cinderella?

Apalagi ia juga digambarkan sebagai perempuan cantik dan baik hati. Cinderella dalam versi Disney adalah seorang gadis anggun dan penurut, bahkan tidak berani membantah ibu dan saudari tirinya.

Tapi buat kamu yang sudah baca cerita Cinderella asli yang ditulis oleh Brothers Grimm, tentu sudah tahu kan kalau cerita aslinya sangat mengerikan dan berdarah-darah. Meski demikian, cerita aslinya terbilang lebih realistis.

Di dalam cerita aslinya, Cinderella tidak digambarkan sebagai perempuan yang terlalu takut dan penurut, tetapi sebagai perempuan pemberani. Namun di versi Disney, karakternya memang diubah menjadi perempuan yang benar-benar ‘sempurna’ dari segi sikap maupun penampilan.

Traditional Gender Role Dalam Cinderella

Ilustrasi Cinderella
Shutterstock.com

Sebagai perempuan, Cinderella versi Disney digambarkan sebagai gadis yang cantik dan anggun. Dari segi penampilan ia berpakaian feminin. Cinderella juga penurut, dan selalu berbicara dengan lembut. Ini menunjukkan bahwa penerapan traditional gender role masih sangat kental.

Peran gender (gender role) yang berkembang di masyarakat maksudnya adalah seseorang dituntut untuk bertindak, berpakaian, dan berbicara sesuai dengan jenis kelamin. Perempuan harus feminin, sopan, anggun, penuh kasih sayang, dan berjiwa lembut.

Kalau di desa-desa sih, perempuan itu punya standar tertentu. Misalnya diharuskan berbicara dengan sopan, pintar memasak dan bersih-bersih, pandai merawat keluarga, serta tidak boleh sampai telat menikah.

Di sisi lain, seorang lelaki diharuskan kuat, dominan, tidak boleh menangis, serta mampu memimpin keluarga. Lelaki memang sering dikaitkan dengan superioritas. Sebab mereka dianggap lebih kuat dan dominan jika dibandingkan perempuan.

Meski nilai-nilai itu sudah luntur secara perlahan, tidak dapat dipungkiri bahwa di beberapa tempat masih tetap berlaku. 

Sekarang ini banyak perempuan yang bekerja. Tidak bergantung pada suami. Banyak perempuan menjadi pemimpin, berpenampilan layaknya lelaki, dan masih banyak lagi (intinya yang berbanding terbalik dengan peran gender tradisional).

Tidak ingin menyalahkan atau membenarkan, sebab semuanya punya sisi positif dan negatif yang berjalan berdampingan.

Nah, kembali ke cerita Cinderella bahwa ia digambarkan sebagai gadis sempurna secara fisik maupun tindakan. Pangeran juga digambarkan sebagai seorang lelaki tampan, mapan, dan baik hati. Dua insan yang seolah-olah sempurna; good looking dan baik hati.

Jelas sekali kalau gambaran peran gendernya masih sangat kental. 

Baca juga: Stereotip Daya Tarik Fisik! ‘Good Looking’ Dianggap Sempurna?

Kamu pernah Jatuh Cinta Pada Pandangan pertama?

Ilustrasi Cinderella
Shutterstock.com

Hal kedua yang janggal adalah Cinderella dan pangeran yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Kamu pernah merasakan love at the first sight? Kalau pernah dan berjodoh sampai sekarang, beruntung sekali karena kamu menemukan pasangan yang ternyata cocok sehingga bisa saling melengkapi.

Tapi bagaimana kalau cinta pada pandangan pertama yang dimaksud hanya sebuah rasa kagum karena kecantikan fisik semata. Sebab pangeran dan Cinderella belum saling mengenali satu sama lain. Bagaimana kalau ternyata keduanya tidak cocok sama sekali?

Sebagaimana yang diketahui bahwa dongeng selesai dengan pangeran yang menikahi Cinderella. Lalu, diakhiri dengan kalimat andalan Disney “mereka berdua hidup bahagia selamanya”.

Padahal kisah cinta keduanya baru saja dimulai. Hidup di kerajaan pastinya tidak mudah untuk Cinderella yang notabene adalah gadis dari keluarga biasa. Tapi banyak sekali kisah-kisah cinta dan drama yang melibatkan “gadis biasa menikah dengan anak konglomerat”.

Seolah-olah dijadikan motivasi para gadis dari keluarga biasa untuk bisa dinikahi pangeran tampan dan kaya raya. Tidak salah kok, fems. Hanya saja kita harus realistis.

Tidak ada yang bisa terbebas dari masalah di dunia ini, apalagi saat sudah menjalani kehidupan rumah tangga. Banyak yang pura-pura bahagia atau memamerkan kebahagiaan rumah tangga mereka. Padahal sudah berkali-kali niat untuk bercerai.

Mungkin bisa dibayangkan kalau Cinderella dan Pangeran akan menjalani kisa cinta manis selama satu atau dua tahun. Tapi setelah itu kita tidak tahu.

Berdasarkan cerita dari pasangan kekasih yang pacaran atau menikah, sikap asli pasangannya tidak bisa diketahui secara langsung dan begitu saja. Butuh waktu antara tiga bulan sampai bertahun-tahun.

Ngomong-ngomong tentang cinta pada pandangan pertama, aku juga pernah merasakan dan berpikiran bahwa aku sedang jatuh cinta. Lalu setelah tahu sifat aslinya, semua perasaan suka dan kagum jadi berubah.

Cinta itu butuh waktu. Perasaan yang dinyatakan hanya karena seseorang cantik atau tampan kurang patut disebut cinta.

Inti dari pembahasan ini supaya kamu lebih hati-hati dalam mencintai seseorang. Jangan mudah percaya atau terburu-buru mengatakan cinta. Meski ada beberapa pasangan yang ‘katanya’ memang baru ketemu, menikah, lalu hidup bahagia.

Tentukan kebahagiaanmu bukan berdasarkan cara orang lain menentukan kebahagiannya. Termasuk dalam menjalani kisah cintanya. Kisah cinta yang kamu niatkan untuk jenjang pernikahan harus benar-benar kamu rencanakan dengan teliti.

Nggak salah kok kalau memilih pasangan dengan benar-benar selektif. Pastinya memilih yang bisa mengimbangimu dan punya sifat lebih dewasa.

Kesimpulannya, kisah cinta Cinderella dan pangeran yang manis memang hanya ada di dongeng. Marilah lebih realistis untuk tidak mengharapkan ‘pangeran tampan dan kaya’ datang untuk menikahi dan menyelamatkan kita. Have a great day, fems.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *