Dalam film epik “Titanic” karya James Cameron, karakter Rose DeWitt Bukater menjadi pusat perhatian sebagai seorang wanita muda dari kelas atas yang terjebak dalam pernikahan yang tidak diinginkannya dengan Cal Hockley, seorang pria kaya raya yang ambisius.
Namun, di balik wajah cantik dan penampilannya yang anggun, Rose menampilkan sisi manipulatif dan kejam yang mengejutkan.
Baca juga: Makna Lagu Coldplay ”Paradise”: Tentang Kebebasan dan Humanisme
Manipulasi Rose Terhadap Cal Hockley
Jujur, dulu pertama kali nonton film ini saat awal pubertas. Di mana saat itu aku hanya berpikir kalau pemeran utama itu sudah pasti baik. Setelah dewasa, aku melihat Rose dan Jack dari sudut pandang yang berbeda.
Tapi kali ini, kita hanya akan membahas Rose. Ingat, di sini aku tidak sedang membahas Rose dari kacamata feminisme.
Baik, langsung ke pembahasannya:
Salah satu aspek yang menonjol dalam karakter Rose adalah kemampuannya untuk memanipulasi Cal Hockley, tunangannya yang kaya raya, demi mencapai tujuannya sendiri.
Meskipun terikat oleh ikatan pertunangan yang kuat, Rose menemukan cara untuk menyalurkan keinginannya dengan cerdik.
Sebagai contoh, dalam adegan ketika Rose menyatakan ingin melompat dari kapal, dia tidak ragu untuk menggunakan ancaman tersebut sebagai alat untuk mendapatkan kebebasan dari Cal.
Melalui kata-kata dan tindakannya, Rose berhasil mengontrol dan mempengaruhi Cal, memanfaatkan kelemahannya untuk mendukung agenda pribadinya.
Hati Rose mendambakan kebebasan dan cinta sejati, hal yang tak bisa dia temukan dalam diri Cal. Kehadiran Jack Dawson, seorang pelukis miskin yang penuh semangat dan idealis, bagaikan angin segar yang menerobos tembok kehidupan Rose yang penuh aturan.
Ketertarikan mereka tak terelakkan, memicu sebuah cinta terlarang di tengah perbedaan status sosial yang mencolok.
Rose terpesona oleh jiwa bebas Jack, jauh berbeda dari Cal yang terikat pada materialisme dan status.
Dia mendambakan petualangan dan cinta yang penuh gairah, sesuatu yang tak bisa dia dapatkan dari pernikahan yang telah diatur untuknya. Demi mencicipi cinta sejati bersama Jack, Rose rela memanipulasi Cal dan memanfaatkan kekayaan tunangannya untuk mencapai tujuannya.
Baca juga: Menjelajahi Paradoks Waktu: Precognition, Free Will, dan Time Travel dalam Film Predestination
Kekejaman Rose yang Tersembunyi
Siapa sangka Rose juga memiliki sisi kejam yang tersembunyi. Dia berbohong kepada Cal tentang kematian Jack, menyembunyikan cintanya pada pelukis miskin itu dan meyakinkan tunangannya bahwa Jack hanyalah orang asing yang dia temui di kapal.
Kebohongan ini semakin memperkuat manipulasinya dan mengamankan posisinya di dunia kelas atas yang dia dambakan.
Kekejaman Rose tak berhenti di situ. Meskipun menyadari bahaya dan risiko yang dihadapi oleh orang-orang di sekitarnya, Rose seringkali mengabaikan keselamatan mereka demi kepentingan dan kepuasan pribadinya sendiri.
Contohnya adalah ketika dia menolak untuk meninggalkan kapal bersama dengan orang-orang lainnya karena ingin tetap bersama Jack Dawson, meskipun hal tersebut berarti mengorbankan keselamatan dirinya dan orang lain.
Tindakan ini mencerminkan egoisme yang membutakan Rose terhadap konsekuensi tragis yang mungkin terjadi.
Kisah cinta terlarang dan manipulasi Rose di atas Titanic merupakan pengingat bahwa di balik kemewahan dan kecantikan, terkadang tersembunyi sisi gelap yang tak terduga. Rose, sang gadis kelas atas yang menawan, bukanlah malaikat suci seperti yang digambarkan dalam film.
Dia adalah karakter kompleks dengan kelemahan dan sisi jahatnya sendiri, mengingatkan kita bahwa setiap orang memiliki cerita dan motif yang tersembunyi di balik penampilan mereka.